Jumat, 05 Desember 2008

Kepemimpinan Dalam Islam

KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM

Oleh: Al Akh Miftahudin

1. Setiap orang memiliki wilayah pertanggungjawaban yang berbeda dalammasalah kepemimpinannya, sebagaimana disebutkan dalam hadits Shohih Buhori (844;Juz 3/414) berikut ini:

أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ قَالَ وَحَسِبْتُ أَنْ قَدْ قَالَ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي مَالِ أَبِيهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Setiap kalian adalah pemimpin , dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya terhadap yang dipimpinnya. Seorang Imam ( Amir; redaksi shohih muslim) adalah pemimpin dan ia akan diminta pertanggung jawabannya terhadap apa yang dipimpinnya……………….

2. Karenanya, setiap pemimpin memiliki hak untuk didengarkan dan diikuti perintahnya, sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW berikut:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ

Wajib bagi seorang muslim untuk mendengar dan tha’at dalam urusan yang disukai dan dibencinya, selama urusan yang diperintahkan oleh pemimpinnya itu bukan bermaksyiat (kepada Allah dan Rasul-Nya). Dan jika ia diperintahkan untuk bermaksyi’at, maka tidak ada kewajiban untuk mendengar dan tha’at”. HR. Buhori (Shohih Buhori, no.6611; Juz 22/53).

3. Untuk bisa dita’ati, seharusnya pemimpin memiliki criteria yang memadai, sebagaimana dijelaskan dalam dua keterangan ayat berikut, yaitu:

a. Qs. Al Baqoroh (2): 247; seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang luas dan pisik yang memadai.

b. Qs. Yusuf (12): 55; Seorang pemimpin haruslah memiliki jiwa penjaga (pengayom) sekaligus berpengetahuan.

4. Pemimpin yang akan ditolong Allah dalam memimpin masyarakatnya, adalah mereka yang dalam hal kepemimpinannnya,

a. Mendapatkan jabatan karena amanah, bukan karena tuntutan dirinya untuk dipilih. Hal ini disebutkan dalam hadits berikut:

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَ لَا تَسْأَلْ الْإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُوتِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ أُوتِيتَهَا مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى يَمِينٍ فَرَأَيْتَ غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا فَكَفِّرْ عَنْ يَمِينِكَ وَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ

“Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta kepemimpinan, maka jika engkau mendapatkannya karena permintaanmu engkau akan dibebaninya. Dan jika engkau mendapatkannya bukan karena permintaan, engkau akan ditolong (Allah SWT) menyelesaikannya. Dan jika engkau telah bersumpah lalu engkau melihat urusan lain yang lebih baik dari apa yang disumpahkan, maka ambilah tebusan untuk sumpahmu dan datangkalah urusan yang lebih baiknya”. HR.Buhori ( Shohih Buhori No.6132,Juz 20/302).

b. Menggunakan kepemimpinannnya bukan untuk menipu dan memperkaya diri, sebagaimana disebutkan dalam dua hadits berikut ini:

(1) HR. Muslim,no.203 (Juz 1/343)

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

“Tiada seorang yang diamanati oelh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia mati dalam keadaan menipu rakyatnya, melainkan pasti Allah mengharamkan baginya Sorga”.:

(2) HR. Muslim,no.3411 (Juz 9/355)

أَنَّ عَائِذَ بْنَ عَمْرٍو وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَى عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ زِيَادٍ فَقَالَ أَيْ بُنَيَّ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ شَرَّ الرِّعَاءِ الْحُطَمَةُ فَإِيَّاكَ أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ

Sahabat ‘Aid bin ‘Amr mendatangi ‘Ubaidillah bin Ziyad, kepadanya berkata: Sesungguhnya saya mendengar Rasulullah bersabda “Sesungguhnya sejahat jahat pemimpin adalah mereka yang rakus (kejam)”, janganlah kamu termasuk bagian dari pemimpin yang seperti itu. Catatan: Baca juga Qs. Al Humazah !

c. Menjadikann kesempatan kepemimpinannya untuk melayani, memenuhi kebutuhan orang orang yang dipimpinnya, Sebagai mana disebutkan dalam hadits berikut:

وعن أبي مريم الأزدى رضي اللّه عنه أنه قال لمعاوية رضي اللّه عنه: سمعت رسول اللّه يقول: من ولاه اللّه شيئاً من أمور المسلمين فاحتجب دون حاجتهم وخلتهم وفقرهم احتجب اللّه دون حاجته وخلته وفقره يوم القيامة فجعل معاوية رجلاً على حوائج الناس (رواه أبو داود والترمذي.

Abu Maryam al ‘Azdy ra berkata kepada Mu’awiyyah: Saya telah mendengar Rasulullah Saw bersabda ; “Siapa yang diserahi oleh Allah mengatur kepentingan kaum muslimin, kemudian ia sembunyi dari hajat kepentingan mereka, maka Allah akan menolak hajat kepentingan dan kebutuhannya pada hari kiamat. Maka kemudian Mu’awiyyah mengangkat seorang untuk melayani segala hajat kebutuhan orang orang (rakyat). HR. Abu Daud dan At Turmudzi (Riyaadhus Shaalihin 1/530).

5. Konsistensi diri akan terbangun pada pemimpin yang selalu istiqomah dalam menjalankan perintah Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam Qs. Al Hajj (22): 40-41 berikut ini:

وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ (40) الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ (41)

Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)Nya. Sesunggguhnya Allah benar benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Yaitu) Orang orang yang jika Kami teguhkan kedudukannya mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.

6. Dalam masalah amanah, jika tidak dipahami dengan baik dan benar, seorang pemimpin cenderung jatuh kedalam dua perilaku yang sewenang wenang, yang dalam Qs. Al Ahzab (33): 72 disebut dengan istilah “Dzaaluuman” dan “Jahuulan”.

a. Karena itu, mengenali dan memahami hal hal yang menjadikan diri dzalim dan jahul adalah pekerjaan pertama yang harus dikerjakan setiap pemimpin sebelum dia menjalani kepemimpinannya. Qs. Adz Dzariyyat (51):21 dan Qs. Al Baqoroh (2): 44. Adapun hal hal yang bisa menjadikan orang terjerumus dalam masalah dzaluuman dan jahuulan adalah Sebagai berikut:

(1) Masalah Dzaluuman terjadi karena:

(a) Menanggung sesuatu diluar kapasitas dirinya (Ibrah Qs.4:3 tentang keadilan suami)

(b) Memenuhi dorongan hawa nafsunya, seperti pembelaan atas keluarga dan kerabat. (Ibroh Qs.4: 135)

(c) Kebencian kepada kelompok. (Ibrah Qs.5:8)

(2) Masalah Jahuulan terjadi karena:

(a) Menganggap amanat kepemimpinan Sebagai permainan. (Ibrah Qs. 2: 67)

(b) Menetapkan suatu kebijakan tanpa berdasarkan ilmu. (Ibrah Qs. 17: 36 )

(c) Terjebak dalam makar (intrik) orang lain. (Ibrah Qs. 12:33)

b. Pilih dan angkatlah orang orang yang memiliki komitmen untuk berta’awwun dengan dirinya dalam kebaikan dan ketaqwaan. Qs. Al Maidah (5): 2.

Walhamdulillahirabbil ‘aalamin.

Tidak ada komentar: